I made this widget at MyFlashFetish.com.

Rabu, 14 September 2011

sepenggal pelajaran sosiologi

A. PERILAKU MENYIMPANG
1. Pengertian Perilaku Menyimpang
                                Ada beberapa definisi penyimpangan sosial yang diajukan para sosiolog.
                James Vander Zander
                Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.     
                Robert M. Z. Lawang
                Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam sesuatu system social dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.
                Bruce J. Cohen
                Perilaku menyimpang adalah sikap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
                Paul B. Horton
                Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
2. Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
                                Menurut Paul B. Horton B, penyimpangan social memiliki enam cirri sebagai berikut.
                a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan
                    Tidak ada satu pun perbuatan yang begitu saja dinilai menyimpang.
                b. Penyimpangan bisa diterima atau bisa juga ditolak
                    Perilaku menyimpang tidak selalu merupakan hal yang negatif. Ada beberapa penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti orang jenius yang mengemukakan pendapat-pendapat baru yang kadang-kadang bertentangan dengan pendapat umum. Sedangkan perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu termasuk dalam penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat.

c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak
Orang yang termasuk kedua kategori ini justru akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, pada dasarnya semua orang normal pun sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang, tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk setiap orang. Perbedaanya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan saja.
                d. Penyimpangan terhadap budaya atau budaya ideal
Budaya  ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
                e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan
Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka.
                f. Penyimpangan social bersifat adaptif ( menyesuaikan )
Penyimpangan sosial tidak selalu menjadi ancaman. Perilaku menyimpang beberapa individu bisa menjadi awal dari terbentuknya suatu norma baru. Pada masyarakat modern dewasa ini, banyak kita temukan para wanita yang bekerja di luar rumah bahkan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dahulu hanya dilakukan oleh para laki-laki.
3. Sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang
                a. Sudut pandang sosiologi
                                1. Perilaku menyimpang karena sosialisai.
                                2. Perilaku menyimpang karena anomie.
                                    a. Konformitas.
                                    b. Inovasi.
                                    c. Ritualisme.
                                    d. Retraisme
                                    e. Pemberontakan.
                                3. Perilaku menyimpang karena differential association.
                                4. Perilaku menyimpang karena pemberian julukan ( labelling ).
                b. Sudut pandang biologi
Sejumlah ilmuwan seperti Lomborso, Kretschmer, Hooton, Von Hentig, dan Sheldon melakukan berbagai studi yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai tipe tubu tertentu lebih cenderung melakukan perbuatan menyimpang.
Sheldon mengidentifikasi tipe tubuh menjadi tiga tipe dasar : endomorph ( bundar, halus, gemuk ), mesomorph ( berotot, atletis ), dan ectomorph ( tipis, kurus ) yang mempunyai kecenderungan sifat-sifat dan kepribadian masing-masing. Misalnya, para pecandu alcohol dan penjahat umumnya mempunyai tipe tubuh mesomorph.
Cesare Lombroso, berpendapat bahwa orang jahat dirincikan dengan ukuran rahang dan tulang pipi panjang; kelainan pada mata yang khas; tangan-tangan, jari-jari kaki serta tangan relatif besar; dan susunan gigi yang abnormal.
                c. Sudut pandang psikologi
Ilmuwan yang terkenal di bidang ini Sigmund Freud. Dia membagi diri manusia menjadi tiga bagian penting sebagai berikut :
·         Id, bagian diri yang bersifat tidak sadar, naluriah, dan implusif ( mudah erpengaruh oleh gerak hati ).
·         Ego, bagian diri yang bersifat sadar dan rasional ( penaga pintu kepribadian ).
·         Superego, bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai cultural dan berfungsi sebagai suara hati.
d. Sudut pandang kriminologi
                1. Teori konflik
   a) Konflik buadaya, terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus yang masing-masing cenderung tertutup sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai.
   b)   Konflik kelas sosial, terjadi akibat suatu kelompok menciptakan peraturan sendiri untuk melindungi kepentingannya.
                2. Teori Pengendalian
Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai yang dipelajari seseorang. Pengendalian dari luar berupa imbalan sosial terhadap konformotas dan sanksi hukuman terhadap tindakan penyimpangan. Dalam masyarakat konvensional, terdapat empat hal yang mengikat individu terhadap norma masyarakatnya.
                                  a)  Kepercayaan, mengacu pada norma yang dihayati
b) Ketanggapan, yakni sikap tanggap seseorang terhadap pendapat orang lain, berupa sejauh mana kepekaan seseorang terhadap kadar penerimaan orang konformis.
c)  Keterikatan ( komitmen ), berhubungan dengan beberapa banyak imbalan yang diterima seseorang atas perilakunya yangkonformis.
d)  Keterlibatan, mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga masyarakat, seperti majelis ta’alim, sekolah dan organisasi-organisasi setempat.
                4. Jenis-jenis Perilaku Menyimpang
                                a. Berdasarkan kekerapannya
                                    1. Penyimpangan Sosial Primer
                                        Penyimpangan yang bersifat sementara ( temporer )
                                    2. Penyimpangan Sosial Sekunder
Penyimpangan sosial yang dilaakukan oleh pelakunya secara terus-menerus meskipun telah diberikan sanksi-sanksi. Misalnya, seorang siswa SMA yang terus-menerus mencontek pekerjaan teman sekelasnya.
                                b. Berdasarkan jumlah orang yang terlibat
                                    1. Penyimpangan individu
Hanya satu individu yang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-                     norma umum yang berlaku.
                                    2. Penyimpangan kelompok
Perilaku menyimpang kelompok ini adak rumit sebab kelompok-kelompok tersebut mempunyai nilai, norma, sikap, dan tradisi sendiri. Fanatisme anggota terhadap kelompoknya menyebabkan mereka merasa tidak melakukan suatu perilaku yang menyimpang.
Contoh :
·         Kelompok ( gang ) kejahatan terorganisir yang melakukan penyelundupan dan perampokan.
·         Kelompok pengacau keamanan dengan tujuan-tujuan tertentu ( teroris ).
·         Kelompok yang ingin memisahkan diri dari suatu negara ( separatis ).
·         Persengkokolan dalam dunia usaha dan lembaga pemerintahan untuk mencari keuntungan sendiri ( korupsi, kolusi, dan manipulasi ).

5. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang
                a. Penyalahgunaan narkoba
Sebagian narkotika dan obat-obatan terlarang dipergunakan oleh kalangan dokter sebagai usaha untuk mengurangi rasa sakit berlebihan yang dialami oleh pasien-pasiennya. Obat-obat tersebut menjadi “obat terlarang” karena digunakan oleh orang-orang yang sehat secara jasmani untuk mengurangi tingkat kesadaran dan memperoleh perasaan nikmat meskipun sesaat.
Kelompok remaja adalah kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap bahaya penyalahgunaan obat-obatan tersebut, sebab di usia remaja orang memiliki rasa ingin tahu yang besar sedangkan control dirinya masih lemah karena jiwanya belum matang.
                                b. Perkelahian pelajar
Perkelahian antarpelajar, disebut tawuran antarpelajar, pada mulanya hanya menjadi fenomena yang terdapat pada pelajar-pelajar di kawasan perkotaan. Gejala tawuran ini telah menjadi mode bagi pelajar-pelajar yang jauh dari perkotaan.
Tawuran berbeda dengan perkelahian satu lawan satu. Bahkan di beberapa daerah, masyarakat menganggap perkelahian satu lawan satu merupakan lambing sportivitas dan kejantanan seseorang, namun tetap tidak bertujuan untuk mencederai atau membunuh puhak lain.
                                c. Perilaku seksual di luar nikah
Naluri seksual yang tidak terkendali atau dilakukan tanpa aturan akan mendatangkan kekacauan di dalam masyarakat, antara lain adalah berjangkit penyakit kelamin, gangguan jiwa dan emosional pada anak hasil hubungan itu. Selain itu, terjadi pula ancaman yang serius terhadap bayi-bayi yang dilahirkan sehingga berdampak pada pelanggaran hak asasi manusia, seperti aborsi dan pembunuhan bayi-bayi yang lahir dari hubungan bebas tersebut.
Hubungan seksual diluar pernikahan dalam masyarakat Indonesia dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap norma. Di dalam agama Islam disebut zinah dan harus mendapakan hukuman berat baik di dunia maupun di akhirat nanti.

B. SIKAP ANTISOSIAL
                Tindakan antisosial dibedakan menjadi dua, yaitu :
                1. Tindakan antisosial yang dilakukan secara sengaja
Tindakan ini dilakukan secara sadar oleh pelaku, tetapi tetap tidak mempertimbangkan penilaian orang lain terhadap tindakannya.
                2. Tindakan antisosial karena  tidak peduli
Karena ketidakpedulian si pelaku terhadap keberadaan masyarakat disekitarnya. Misalnya membuang sampah di sembarang tempat, mengebut ketika berkendara di jalan raya.
Faktor yang sangat memengaruhi sikap anti sosial adalah usia dan pendidikan.
Soerjono Soekanto ( 1983: 30-31 ) mencatat ada tiga istilah yang berkaitan dengan sikap antisosial, yaitu sebagai berikut :
                                1. Antikonformitas ( rebellion )
Suatu pelanggaran terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial yang disengaja oleh individu atau sekelompok orang. Misalnya : mencuri, membuat keributan.
                                2. Aksi antisosial.
Suatu aksi yang menempatkan kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok tertentu di atas kepentingan umum. Misalnya : membunyikan peralatan radio dengan volume yang tinggi ditempat ramai sehingga mengganggu ketenangan orang lain.
                                3. Antisosial grudge
Rasa sakit hati atau dendam terhadap masyarakat atau terhadap aturan sosial tertentu sehingga menimbulkan perilaku menyeleweng. Misalnya : minum-minuman berakohol secara berlebihan.
                                Umumnya tindakan antisosial digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu sebagai berikut :
1. Dilakukan di jalan
Tindakan ini dilakukan di wilayah jalan, sehingga menimbulkan gangguan bagi masyarakat di sekitar. Contoh : Membuang sampah sembarangan menimbulkan rasa tidak nyaman.
                                2. Dilakukan oleh tetangga
Tetangga yang mengganggu dapat memengaruhi kehidupan masyarakat sekitarnya. Meskipun hanya satu atau dua anggota yang bersifat menggganggu. Contoh : Menytel radio untuk mendengarkan music dengan terlalu keras berpotensi untuk mengganggu tetangga sekitar.
                                3. Dilakukan terhadap lingkungan sekitar
Berdampak rusaknya alam lingkungan, fasilitas umum, dan benda-benda lain di sekitarnya. Contoh : Orang yang mencorat-coret dan merusak telepon umum.

C. PENGENDALIAN SOSIAL
                Proses sosialisasi harus mengarah pada upaya menciptakan keteraturan sosial.
                1. Pengertian Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial ( social control ) adalah pengawasan dari suatu kelompok terhadap kelompok lain yang dimaksudkan untuk mengarahkan peran-peran individu atau kelompok sebagai bagian dari masyarakat agar tercipta situasi kemasyarakatan sesuai dengan yang diharapkan.
Joseph S. Roucek
Pengendalian sosial adalah segala proses baik direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa warga-warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku.
Peter L. Berger
Pengendalian sosial adalh berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menetibkan anggotanya yang menyimpang.
Bruce J. Cohen
Pengendalian sosial adalah cmetode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak-kehendak kelompok tertentu.

Pengendalian sosial mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
·         Suatu cara tertentu terhadap masyarakat.
·         Bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan yang terus terjadi di dalam suatu masyarakat.
·         Dapat dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya atau terhadap individu.
·         Dilakukan secara timbale belik meskipun terkadang tidak disadari oleh kedua belah pihak.



 2. Sifat Pengendalian Sosial
                a. Preventif
Semua bentuk pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan. Contoh : Razia SIM dan kelengkapan kendaraan bermotor.
                b. Represif
Pengendalian sosial yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah terganggu karena terjadinya suatu pelanggaran. Contoh : Menjatuhkan denda terhadap para pelanggar peraturan lalu lintas di jalan raya.
3. Proses Pengendalian Sosial
                a. Persuasif
Pengendalian secara persuasif dilakukan tidak dengan kekerasan karena individu atau kelompok diajak.
                b. Koersif
Pengendalian secara koersif dilakukan dengan kekerasan atau paksaan. Cara ini sering dilakukan di dalam masyarakat yang keadaannya berubah-ubah.   
Pengendalian sosial dengan kekerasan ini dibedakan menjadi dua jenis :
1. Kompulsi ( paksaan ) : keadaan yang sengaja diciptakan sehingga seseorang terpaksa menuruti atau mengubah sifatnya, dan menghasilkan suatu kepatuhan yang sifatnya tidak langsung. Misalnya : mengurangi pencurian diterapkan system.
2. Pervasi ( pengisian ) : suatu cara penanaman atau pengenalan norma secara berulang-ulang. Misalnya : penataran atau bimbingan yang dilakukan terus-menerus baik pada individu maupun terhadap kelompok tertentu.
                4. Fungsi Pengendalian Sosial
                                a. Mempertebal keyakinan masyarakat terhadap norma sosial
                                    Penanaman keyakinan akan norma-norma sosial yang baik melalui tiga cara :
                                    1. Melalui lembaga pendidikan sekolah dan pendidikan keluarga.
2. Sugesti sosial, memengaruhi alam pikiran seseorang melalui cerita-cerita dongeng           maupun kisah-kisah nyata.
3. Menonjolkan kelebihan borma-norma yang dimaksud dibandingkan dengan norma-norma lainnya.
                                b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma
Imbalan di sini mulai berupa pujian dan penghormatan, sehingga pemberian hadiah ( reward ) yang berupa materi.
                                c. Mengembangkan rasa malu
Budaya malu berkenaan dengan “harga diri”. Harga diri akan turun jika seseorang melakukan kesalahan yang melanggar norma-norma sosial dalam suatu masyarakat.
                                d. Mengembangkan rasa takut
Perasaan takut akan mengarahkan seseorang untuk tidak melakukan perbuatan yang dinilai mengandung resiko.
                                e. Menciptakan sistem hukum
                                   Sistem hukum aturan yang disusun secara resmi.
                5. Jenis Lembaga Pengendalian Sosial
                                a. Lembaga kepolisian
Polisi adalah penegak hukum atau pranata sosial yang bertugas menegakkan kaidah-kaidah sosial, khususnya kaidah formal dalam masyarakat.
                                b. Pengadilan
Pengadilan adalah lembaga resmi yang dibentuk pemerintah untuk menangani perselisihan-perselisihan atau pelanggaran-pelanggaran kaidah di dalam masyarakat.
                                c. Lembaga adat
                                    Adat istiadat berisi nilai, norma, kaidah sosial yang dipahami, diakui, dijalankan, dan dipelihara terus-menerus. Istilah adat istiadat sama artinya dengan sistem nilai budaya.
                Sebagai hukum, adat mengendalikan perilaku agar tidak menyimpang. Adat mempunyai tingkatan sebagai berikut :
1.       Mode, yaitu adat yang lazim berisi kebiasaan-kebiasaan dan bersifat sementara.
2.       Tradisi, yaitu ada yang melembaga dan sudah berjalan lama secara turun temurun.
3.       Upacara, yaitu adat istiadat yang dipakai dalam merayakan hal-hal yang resmi.
4.       Etiket, yaitu tata cara dalam masyarakat dan sopan santun dalam upaya memelihara hubungan baik antara sesama manusia.
5.       Folkways, yaitu adat basa basi yang dijalankan dalam masyarakat sehari-hari karena dianggap baik dan menyenangkan.
d. Tokoh masyarakat
                Tokoh masyarakat dalah seseorang yang memiliki pengaruh besar, dihormati, dan diseganio dalam suatu masyarakat  karena aktivitasnya, kecakapannya, dan sifat-sifat tertentu yang dimilikinya.
6.       Cara-cara Pengendalian Sosial
a.       Pengendalian sosial secara formal
1.       Pengendalian sosial melalui hukum fisik
Contoh : Penembakan pelaku kejahatan yang mencoba menyerang petugas polisi saat akan ditangkap.
2.       Pengendalian sosial melalui lembaga pendidikan
Seseorang diarahkan perilakunya agar sesuai denga tuntutan kaidah-kaidah sosial yang berlaku di dalam masyarakat.
3.       Pengendalian sosial melalui ajaran agama
Dalam setiap agama ada ajaran tentang kebenaran yang suci menurut penganutnya masing-masing.
b.      Pengendalian sosial secara informal
1.       Desas-desus (gosip)
Gosip adalah informasi yang menyebar secara cepat dan tidak berdasarkan fakta atau bukti-bukti kuat.
2.       Pengucilan
Pengucilan adalah suatu tindakan pemutusan hubungan sosial oleh masyarakat.
3.       Celaan
Celaan adalah tindaka kritik atau tuduhan terhadap suatu pandangan, sikap, dan perilaku perilaku anggota kelompok pada umumnya.
4.       Ejekan
Ejekan adalah tindakan membicarakan seseorang dengan menghgunakan kata-kata kiasan, perumpamaan, atau kata-kata yang berlebihan, serta bermakna negatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar